TUGAS
4 : PELAPORAN DAN
PENGUNGKAPAN
A. Menjelaskan
bagaimana praktek pengungkapan akuntansi dipengaruhi oleh perbedaan tata-kelola
keuangan perusahaan di suatu negara.
Perkembangan
sistem pengungkapan sangat berkaitan dengan perkembangan sistem akuntansi. Standar
dan praktik pengungkapan dipengaruhi oleh sumber-sumber keuangan, sistem hukum,
ikatan politik dan ekonomi, tingkat pembangunan ekonomi, tingkat pendidikan,
budaya, dan pengaruh lainnya.
Perbedaan nasional
dalam pengungkapan umumnya didorong oleh perbedaan dalam tata kelola perusahaan
dan keuangan. Di Amerika Serikat, Inggris dan negara-negara
Amerika lainnya, pasar ekuitas menyediakan kebanyakan
pendanaan yang dibutuhkan perusahaan sehingga menjadi sangat maju. Di
pasar-pasar tersebut, kepemilikan cenderung tersebar luas di antara banyak
pemegang saham dan perlindungan terhadap investor sangat ditekankan. Investor
institusional memainkan peranan yang semakin penting di negara-negara ini,
menuntut pengembalian keuangan dan nilai pemegang saham yang meningkat.
Di kebanyakan negara-negara lain (seperti Prancis, Jepang dan
beberapa negara pasar yang berkembang), Kepemilikan saham masih tetap sangat
terkonsentrasi dan bank (dan atau pemilik keluarga) secara tradisional menjadi
sumber utama pembiayaan perusahaan. Bank-bank ini, kalangan dalam dan lainnya
memperoleh banyak informasi mengenai posisi keuangan dan aktivitas perusahaan.
B. Memahami
persoalan-persoalan penting yang mempengaruhi keputusan manajemen untuk membuat
pengungkpan keputusan.
Dalam pembuatan
keputusan para manajer harus berhati-hati dan memilih keputusan yang paling
rasional dan paling sesuai dengan kebutuhan yang ada. Berbagai jenis keputusan
adalah sebagai berikut:
·
Keputusan terprogram atau keputusan terstruktur : keputusan yg berulang
- ulang dan rutin,
sehingga dapat diprogram.
Keputusan terstruktur terjadi dan dilakukan terutama pd manjemen tingkat bawah. Contoh : keputusan pemesanan barang, keputusan penagihan
piutang,dll.
·
Keputusan setengah terprogram
atau setengah terstruktur : keputusan yg
sebagian dapat diprogram, sebagian berulang-ulang dan rutin dan
sebagian tidak terstruktur. Keputusan ini seringnya bersifat rumit dan
membutuhkan perhitungan - perhitungan serta analisis yg terperinci. Contoh: Keputusan membeli
sistem komputer yg lebih canggih, keputusan alokasi dana promosi.
·
Keputusan tidak terprogram atau tidak terstruktur :
keputusan yg tidak terjadi berulang-ulang dan tidak selalu terjadi. Keputusan
ini terjadi di manajemen tingkat atas. Informasi untuk pengambilan keputusan
tdk terstruktur tdk mudah untuk didapatkan dan tdk mudah tersedia dan biasanya
berasal dari lingkungan luar. Pengalaman manajer merupakan hal yg sangat
penting didalam pengambilan keputusan tdk terstruktur.
C. Mengidentifikasi tujuan pengungkapan akuntansi dalam
pasar ekuitas.
Dalam ekonomi yang kompetitif, pengungkapan koorperasi
merupakan sarana untuk menyalurkan akuntabilitas koorperasi kepada para
penyedia modal (investor) dan untuk mepermudah alokasi sumberdaya untuk
pemanfaatan yang paling produktif. Suatu
koorperasi perlu menarik modal dalam jumlah yang sangat besar untuk pembiayaan
aktivitas produksi dan distribusi yang ekstensif. Oleh karena itu pembiyaan
internal ini sangat bergantung pada modal eksternal yang diinvestasikan oleh
para investor pada sebuah koorperasi, Sebagai timbal balik, seorang investor
memerlukan pengungkapan (tansparansi koorperasi) dimana para investor tersebut
dapat menilai kualitas saham yang mereka tanamkan. Kaitan konseptual antara pengungkapan yang meningkat
dan biaya modal perusahaan dari teori perilaku investasi dalam kondisi
ketidakpastian, yaitu:
1.
Dalam
dunia ketidakpastian, para investor memandang pengembalian dari investasi
sekuritas sebagai uang yang diterima sebagai konsekuensi kepemilikan.
2.
Karena
adanya ketidakpastian pengembalian ini dipandang dalam pengertian probabilistik.
3.
Para
investor menggunakan sejumlah ukuran berbeda untuk mengukur hasil yang
diharapkan dari suatu sekuritas.
4.
Para
investor menyukai tingkat pengembalian yang tinggi untuk tingkat resiko tertentu atau sebaliknya.
5.
Nilai
sebuah sekuritas berhubungan positif dengan aliran hasil yang diharapkan dan
berhubungan terbalik dengan resiko yang berkaitan denganpengambilantersebut.
6.
Jadi,
Pengungkapan perusahaan akan meningkatkan distribusi probabilitas dari hasil
yang diharapkan oleh investor dengan mengurangi ketidakpastian yang berhubungan
dengan pengembalian tersebut. Sehingga akan meningkatkan performance (kinerja
perusahaan) di mata para investor sehingga memikat para investor untuk
menginvestasikan yang lebih besar pada sekuritas yang sama sehingga dapat
mengurangi biaya modal.
D. Memahami perbedaan
mendasar praktek pengungkapan keuangan perusahaan dalam berbagai aspek.
Tingkat pengungkapan dalam laporan
keuangan akan membantu pengguna laporan keuangan untuk memahami isi dan angka
yang dilaporkan dalam laporan keuangan. Terdapat tiga tingkatan pengungkapan
yaitu pengungkapan penuh, pengungkapan wajar, dan pengungkapan cukup.
·
Pengungkapan penuh
mengacu pada seluruh informasi yang diberikan oleh perusahaan, baik informasi
keuangan maupun informasi non keuangan. Pengungkapan penuh tidak hanya meliputi
laporan keuangan tetapi juga mencakup informasi yang diberikan pada management
letter, company prospect dan sebagainya.
·
Pengungkapan cukup
adalah pengungkapan yang diwajibkan oleh standar akuntansi yang berlaku.
·
Pengungkapan wajar
adalah pengungkapan cukup ditambah dengan informasi lain yang dapat berpengaruh
pada kewajaran laporan keuangan seperti contingencies, commitments dan
sebagainya. Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau
rincian jumlah yang tertera dalam neraca, laporan rugi laba, laporan arus kas,
dan laporan perubahan ekuitas serta informasi tambahan seperti kewajiban
kontijensi dan komitmen.
Sumber :
TUGAS 5 : TRANSLASI MATA UANG ASING
A. Membedakan
translasi dan konversi antar mata uang asing.
Translasi mata uang asing adalah Proses
penyajian ulang informasi keuangan dari satu mata uang ke mata uang lainnya.
Sedangkan konversi antar mata uang asing adalah pertukaran dari satu mata uang
ke mata uang lain secara fisik.
Perbedaannya adalah, Translasi hanyalah
perubahan satuan unit moneter, misalnya pada sebuah necara yang dinyatakan
dalam pound Inggris disajikan ulang ke dalam nilai ekuivalen dolar AS. Tidak
ada pertukaran fisik yang terjadi, dan tidak ada transaksi terkait yang
terjadi. Sedangkan konversi, memungkinkan adanya pertukaran fisik yang terjadi
dan ada transaksi terkait yang terjadi.
B. Memahami
istilah-istilah dalam translasi mata uang asing.
1.
Konversi,
merupakan pertukaran suatu mata uang ke dalam mata uang lain.
2.
Kurs kini,
merupakan nilai tukar yang berlaku pada tanggal laporang keuangan yang relevan.
3.
Posisi aktiva bersih
yang beresiko, merupakan kelebihan aktiva yang
diukur dalam atau berdenominasi dalam mata uang asing dan di translasikan
dengan menggunakan kurs kini dari kewajiban yang diukur atau berdenominasi
dalam mata uang asing dan ditranslasikan dengan menggunakan kurs kini.
4.
Kontrak
pertukaran forward, merupakan suatu perjanjian untuk
mempertukarkan mata uang dari Negara yang berbeda dengan menggunakan kurs
tertentu (kurs forward) pada tanggal tertentu di masa depan.
5.
Mata uang fungsional,
merupakan mata uang utama yang digunakan oleh suatu perusahaan dalam
menjalankan kegiatan usaha. Biasanya mata uang tersebut adalah mata uang Negara
dimana perusahaan itu berlokasi.
6.
Kurs historis,
merupakan kurs nilai mata uang asing yang digunakan pada saat suatu aktiva atau
kewajiban dalam mata uang asing dibeli atau terjadi.
7.
Mata uang pelaporan,
merupakan mata uang yang digunakan perusahaan dalam menyusun laporan keuangan.
8.
Kurs spot,
merupakan nilai tukar untuk pertukaran mata uang dalam waktu segera.
9.
Penyesuaian translasi,
merupakan penyesuaian yang timbul dari proses translasi laporan keuangan dari
mata uang fungsional suatu perusahaan menjadi mata uang pelaporannya.
Daftar istilah translasi mata uang asing yang diadaptasi
dari PSAK (SFAS) no.52, 1981.
a.
Atribut,
karakteristik kuantitatif suatu pos yang diukur untuk keperluan
akuntansi. Contoh, biaya histories dan biaya penggantian
yang merupakan atribut suatu aktiva.
b.
Konversi, pertukatan
suatu mata uang ke dalam mata uang lain.
c.
Kurs kini,
nilai tukar yang berlaku pada tanggal laporan keuangan yang relevan.
d.
Diskonto,
ketika tingkat pertukaran yang berikutnya lebih rendah daripada tingkat yang
berlaku sekarang.
e.
Posisi aktiva bersih
yang beresiko, kelebihan aktiva yang diukur dalam
atau berdenominasi dalam mata uang asing dan ditranslasikan dengan menggunakan
kurs kini dari kewajiban yang diukur atau berdenominasi dalam mata uang asing
dan ditranslasikan dengan menggunakan kurs kini.
f.
Mata uang asing,
suatu mata uang selain mata uang yang digunakan oleh suatu Negara, mata uang
selain mata uang pelaporan yang digunakan oleh perusahaan.
g.
Laporan keuangan
dalam mata uang asing, laporan keuangan yang menggunakan
mata uang asing sebagai unit pengukuran.
h.
Transaksi mata uang
asing, transaksi (yaitu penjualan atau pembelian barang atau
jasa, atau utang pinjaman atau piutang usaha) dengan syarat-syarat yang
dinyatakan dalam mata uang selain mata uang fungsional perusahaan.
i.
Translasi mata uang
asing, proses untuk menyatakan jumlah-jumlah yang berdenominasi
atau diukur dalam suatu mata uang ke dalam mata uang yang lain dengan
menggunakan kurs nilai tukar diantara dua mata uang tersebut.
j.
Operasi luar negri,
suatu operasi yang menghasilkan laporan keuangan yang (1) dikombinasikan atau
dikonsolidasikan atau diperhitungkan berdasarkan metode ekuitas dalam laporan
keuangan perusahaan pelapor dan (2) disusun dalam mata uang asing selain mata
uang pelaporan perusahaan pelapor.
k.
Kontak
pertukaran forward, suatu perjanjian untuk mempertukarkan
mata uang dari Negara yang berbeda dengan menggunakan kurs tertentu (kurs
forward) pada tanggal tertentu di masa depan.
l.
Mata uang fungsional,
mata uang utama yanga digunakan oleh suatau perusahaan dalam menjalankan
kegiatan usaha, dan dalam menghasilkan atau menggunakan kasnya.
m.
Kurs historis,
kurs nilai tukar mata uang asing yang digunakan pada saat suatu aktiva atau
kewajiban dalam mata uang asing dibeli atau terjadi.
n.
Mata uang lokal,
mata uang suatu Negara tertentu yang digunakan; mata uang pelaporan yang
digunakan oleh suatu operasi domestic atau luar negeri.
o.
Pos-pos moneter,
kewajiban untuk membayar atau hak untuk menerima sejumlah unit mata uang dalam
nilai yang tetap di masa depan.
p.
Mata uang pelaporan,
mata uang yang digunakan perusahaan dalam menyusun laporan keuangan.
q.
Tanggal penyelesaian,
tanggal saat suatu utang dibayarkan oleh suatu piutang tertagih.
r.
Kurs spot,
nilai tukar untuk pertukaran mata uang dalam waktu segera.
s.
Tanggal transaksi,
tanggal saat suatu transaksi dicatat dalam catatan akuntansi perusahaan
pelapor.
t.
Penyesuaian translasi,
penyesuaian yang timbul dari proses translasi laporan keuangan dari mata uang
fungsional suatu perusahaan menjadi mata uang pelaporannya.
u.
Unit pengukuran,
mata uang yang digunakan untuk mengukur aktiva, kewajiban, pendapatan dan
beban.
C. Mengetahui perbedaan keuntungan dan kerugian translasi
mata uang asing.
Jika sudut pandang mata uang local yang
digunakan ( sudut pandang perusahaan local), masuknya penyesuaian translasi
dalam laba berjalan tidak perlu dilakukan. Memasukkan keuntungan dan kerugian
translasi dalam laba akan mendistorsikan hubungan keuangan yang asli dan dapat
menyesatkan para pengguna informasi tersebut. Keuntungan atau kerugian
translasi harus diperlakukan dari sudut pandang mata uang local sebagai
penyesuaian terhadap ekuitas pemilik.
Jika mata uang pelaporan induk
perusahaan merupakan unit pengukuran laporan keuangan yang ditranslasikan (
sudut pandang induk perusahaan ), sangat disarankan untuk mengakui keuntungan
atau kerugian translasi laba sesegera mungkin. Sudut pandang induk perusahaan
melihat anak perusahaan luar negeri sebagai perluasan dari induk perusahaannya.
Keuntungan dan kerugian translasi mencerminkan kenaikan atau penurunan ekuitas
investasi asing dalam mata uang domestic dan harus diakui.
D. Menghitung
keuntungan dan kerugian translasi mata uang asing.
·
Penagguhan
Perubahan nilai ekuivalen mata uang domestic dari aktiva
bersih anak perusahaan luar negeri tidak direalisasikan dan tidak berpengaruh
terhadap arus kas mata uang local yang dihasilkan dari entitas asing.
Penyesuaian translasi harus diakumulasikan secara terpisah sebagai bagian dari
ekuitas konsolidasi.
·
Pengangguhan dan
Amortisasi
Penangguhan
keuntungan atau kerugian translasi dan melakukan amortisasi penyesuaian ini
selama masa manfaat pos-pos neraca terkait, terutama yang terkait dengan utang
akan ditangguha=kandan diamortisasi selama umur aktiva tetap terkait, yaitu
dibebankan terhadap laba dengan cara yang sama dengan beban depresiasi atau
ditangguhkan dan diamortisasi selama sisa masa pinjaman sebagai penyesuaian
terhadap beban bunga.
·
Penangguhan parsial
Keuntungan
dan kerugian translasi adalah dengan mengakui kerugian sesegera mungkin setelah
terjadi, tetapi mengakui keuntungan hanya setelah direalisasikan, hal ini
semata-mata hanya karena merupakan keuntungan, tetap mengabaikan terjadinya
perubahan kurs.
·
Tidak ditangguhkan
Mengakui
keuntungan dan kerugian translasi dalam laporan laba rugi sesegera mungkin.
Namun, memasukkan keuntungan dan kerugian translasi dalam laba tahun berjalan
akan memperkenalkan elemen acak ke dalam laba sehingga dapat menghasilkan
fluktuasi laba yang sangat signifikan apabila terjadi perubahan kurs nilai
tukar. Keuntungan dan kerugian translasi ini mencerminkan kenaikan atau
penurunan ekuitas investasi dalam mata uang domestic dan harus diakui.
E. Memahami pengaruh penggunaan berbagai metode translasi
mata uang asing terhadap laporan keuangan.
Walaupun sebagian besar isu teknis
dalam akuntansi cenderung terpecahkan dengan sendirinya sejalan dengan
berlalunya waktu, translasi valuta asing terrnyata merupakan suatu pengecualian.
Bahwa tren ini akan terus berlanjut didukung oleh perkembangan-perkembangan
seperti runtuhnya dominasi mata uang dolar, pergerakan nilai mata uang yang
disetujui oleh pemerintah, dan globalisasi pasar-pasar modal dunia, yang telah
meningkatkan pentingnya pelaporan dan pengungkapan keuangan.
Perkembangan-perkembangan seperti ini telah berperan besar meningkatkan
ketertarikan eksekutif-eksekutif keuangan, akuntan, dan komunitas keuangan
pada pentingnya dan konsekuensi-konsekuensi ekonomi dari translasi valuta
asing. Mari kita lihat hakekat dan perkembangan dari teki-teki akuntansi
intemasional ini.
A.
Single Rate Method
Berdasarkan pendekatan translasi ini,
laporan keuangan operasi luar negeri, yang dianggap oleh perusahaan induk
sebagai entitas yang otonom, memiliki domisili pelaporan mereka sendiri.
B.
Multiple Rate Methods
Metode-metode kurs berganda
mengkombinasikan nilai tukar berjalan dan historis dalam proses translasi. Menurut
Lorensen, cara terbaik untuk mempertahankan basis-basis akuntansi yang
digunakan untuk mengukur item-item valuta asing adalah dengan mentranslasikan
jumlah uang luar negerinya dengan kurs yang berlaku pada tanggal pengukuran
uang luar negeri berlangsung.
F. Melakukan evaluasi
dan memilih metode translasi mata uang asing terbaik sesuai kondisi usaha dan
pasar uang.
Berdasarkan metode temporal, pos-pos
moneter seperti kas, piutang, dan utang ditranslasikan berdasarkan kurs kini.
Pos-pos moneter ditranslasikan dengan kurs yang mempertahankan dasar pengukuran
pada awalnya. Secara khusus, aktiva yang nilainya dalam laporan mata uang asing
sebesar biaya histories, ditranslasikan berdasarkan kurs histories. Mengapa
demikian? Hal ini dikarenakan biaya histories dalam mata uang asing yang
ditranslasikan dengan kurs nilai tukar histories menghasilkan biaya histories
dalam mata uang domestik.
Keempat metode yang dibahas pada satu
waktu pernah digunakan di Amerika Serikat dan dapat ditemukan hingga hari ini
di berbagai Negara. Secara umum, metode ini menimbulkan hasil translasi mata
uang asing yang cukup berbeda. Ketiga metode yang pertama (metode kurs kini,
metode kini-non-kini, dan metode moneter-non-moneter) digunakan dalam
mengidentifikasikan aktiva dan kewajiban manakah yang beresiko atau dapat
dilindungi dari resiko mata uang asing. Kemudian, metode translasi diterapkan
secara konsisten dengan memperhatikan perbedaan tersebut.
Sejauh ini istilah kurs nilai tukar
yang digunakan dalam metode translasi mengacu pada histories atau kurs kini.
Kurs rata-rata sering digunakan dalam laporan laba rugi untuk pos-pos beban.
Beberapa Negara menggunakan kurs nilai tukar yang berbeda untuk transaksi yang
berbeda. Dalam situasi ini harus dipilih beberapa kurs nilai tukar yang ada.
Beberapa alternative yang disarankan adalah:
1. kurs pembayaran dividen
2. kurs pasar bebas, dan
3.
kurs penalty atau preferensi yang dapat digunakan, seperti yang terkait
dalam kegiatan
ekspor impor.
G. Memahami hubungan antara translasi mata uang asing dengan
inflasi.
Penggunaan kurs kini untuk
mentranslasikan biaya perolehan aktiva non-moneter yang berlokasi di lingkungan
berinflasi pada akhirnya akan menimbulkan nilai ekuivalen dalam mata uang
domestik yang jauh lebih rendah dari pada dasar pengukuran awalnya. Pada saat
yang bersamaan, laba yang ditranslasikan akan jauh lebih besar sehubungan
dengan beban depresisasi yang juga lebih rendah. Hasil translasi seperti itu
dengan mudah dapat lebih menyesatkan pembaca ketika memberikan informasi kepada
pembaca. Penilaian dolar yang lebih rendah biasanya merendahkan kekuatan laba
akutal dari aktiva luar negeri yang didukung oleh inflasi lokal dan rasio
pengembalian atas investasi yang terpengaruh inflasi di suatu operasi luar
negeri dapat menciptakan harapan yang palsu atas keuntungan masa depan.
FASB menolak penyesuaian inflasi
sebelum proses translasi, karena penyesuaian tersebut tidak konsisten dengan
kerangka dasar penilaian biaya historis yang digunakan dalam laporan keuangan
dasar di AS. Sebagai solusi FAS No 52 mewajibkan penggunaan dolar AS sebagai
mata uang fungsional untuk operasi luar negeri yang berdomisili dilingkungan
dengan hiperinflasi. Prosedur ini akan mempertahankan nilai konstan ekuivalen
dolar aktiva dalam mata uang asing, karena aktiva tersebut akan ditranslasikan
menurut kurs historis. Pembebanan kerugian translasi atas aktiva tetap dalam
mata uang asing terhadap ekuitas pemegang saham akan menimbulkan pengaruh yang
signifikan terhadap rasio keuangan. Masalah translasi mata uang asing tidak
dapat dipisahkan dari masalah akuntansi untuk inflasi asing.
Sumber :
TUGAS 6 : PELAPORAN KEUANGAN DAN PERUBAHAN HARGA
A. Memahami mengapa laporan keuangan memiliki potensi untuk
menyesatkan selama periode perubahan harga.
Selama periode inflasi, nilai aktiva
yang dicatat sebesar biaya akuisisi awalnya jarang mencerminkan nilai
terkininya (yang lebih tinggi). Ketidak akuratan pengukuran ini mendistorsi :
1. Proyeksi keuangan
yang didasarkan pada data seri waktu historis
2. Anggaran yang
menjadi dasar pengukuran kinerja
3. Data kinerja yang
tidak dapat mengisolasi pengaruh inflasi yang tidak
dapat dikendalikan
Dalam periode inflasi, pendapatan
umumnya dinyatakan dalam mata uang dengan daya beli umum yang lebih rendah
(yaitu daya beli periode kini), yang kemudian diterapkan terhadap beban
terkait. Prosedur akuntansi yang konvesional juga mengabaikan keuntungan dan
kerugian daya beli yang timbul dari kepemilikan kas (ekuivalennya) selama
periode inflasi. Meskipun laju inflasi melambat, akuntansi perubahan harga
tetap berguna karena efek kumulatif inflasi yang rendah dalam beberapa waktu
dapat signifikan. Pengaruh distorsi inflasi masa lalu dapat juga bertahan
selama bertahun-tahun, mengingat umur sebahagian besar aktiva yg relatif
panjang.
Kegagalan untuk menyesuaikan data
keuangan perusahaan terhadap perubahan dalam daya beli unit moneter juga
menimbulkan kesulitan bagi pembaca laporan keuangan untuk menginterpretasikan
dan membandingkan kinerja operasi perusahaan yang dilaporkan. Dalam periode
inflasi, pendapatan umumnya dinyatakan dalam mata uang dengan daya beli umum yang
lebih rendah (yaitu daya beli periode kini), yang kemudian diterapkan
terhadap kerugian daya beli yang timbul dari kepemilikan kas
(ekuivalennya) selama periode inflasi. Oleh karena itu, mengakui pengaruh
inflasi secara eksplisit berguna dilakukan karena :
·
Pengaruh perubahan
harga sebagian bergantung pada transaksi dan keadaan yang dihadapi suatu
perusahaan.
·
Mengelola masalah
yang ditimbulkan oleh perubahan harga bergantung pada pemahaman yang akurat
atas masalah tersebut.
·
Laporan dari para
manajer mengenai permasalahan yang disebabkan oleh perubahan harga lebih mudah
dipercaya apabila kalangan usaha menerbitkan informasi keuangan yang membahas
masalah-masalah tersebut.
B. Mengetahui
istilah-istilah akuntansi inflasi dan memahami pengaruh
penyesuaian harga terhadap laporan keuangan.
1. Atribut.
Karakteristik kuantitatif suatu pos yang diukur
untuk keperluan akutansi. Contoh: biaya histories atau biaya penggantian
merupaka atribut suatu aktiva
2.
Penyesuaian biaya
kini.
Nilai penyesuaian aktiva untuk
perubahan dalam harga tertentu.
3.
Kekayaan yang dapat
dihapuskan.
Jumlah aktiva bersih suatu perusahaan yang dapat ditarik
tanpa mengurangi besar awalnya aktiva bersih
4.
Mekanisme
Penyesuaian.
Manfaat berupa keuntungan daya beli pemegang saham yang
berasal dari pendanaan utang dan pertanda bahwa perusahaan tidak perlu mengakui
tambahan biaya pengganti atas aktiva operasi sehubungan dengan aktiva tersebut
didanai melalui utang
5.
Ekuivalen Daya
Beli Umum.
Jumlah mata uang yang telah disesuaikan terhadap perubahan
dalam tingkat harga umum
6.
Keuntungan kepemilikan suatu investasi.
Kenaikan nilai
biaya kini suatu aktiva nonmoneter
7.
Hiperinflasi.
Laju inflasi yang
sangat besar terjadi pada saat tingkat harga umum dalam suatu perekonomian
meningkat sebesar lebih dari 25% pertahun
8.
Inflasi.
Kenaikan dalam
tingkat harga umum seluruh barang dan jasa dalam suatu perekonomian
9.
Aktiva moneter.
Klaim terhadap
jumlah mata uang yang tetap dimasa depan seperti kas atau piutang usaha
10. Keuntungan
Moneter.
Kenaikan dalam daya beli secara umum yang terjadi karena
terdapatnya kewajiban moneter selama periode inflasi
11. Kewajiban moneter.
Suatu kewajiban
untuk membayar jumlah mata uang yang tetap dimasa depan seperti utang usaha
atau uang dengan suku bunga yang tetap
12. Kerugian Moneter.
Penurunan dalam
daya beli secara umum yang terjadi karena terdapatnya kativa moneter selama
periode inflasi
13. Penyesuian Modal
Kerja Moneter.
Pengaruh perubahan
harga khusus terhadap seluruh jumlah modal kerja yang digunakan oleh
sutu usaha dalam menjalankan operasinya
14. Jumlah Nominal.
Jumlah mata
uang yang belum disesuaikan dengan perubahan harga
15. Aktiva Nonmoneter.
Aktiva yang tidak
menunjukkan adanya klaim tetap terhadap kas seperti persediaan, aktiva tetap,
dan peralatan
16. Kewajiban
Nonmoneter.
Suatu utang yang
tidak mengharuskan pembayaran jumlah kas yang tetap dimasa depan, seperti uang
muka pelanggan
17. Penyesuian
Paritas.
Suatu penyesuian
yang mencerminkan perbedaan antara inflasi di Negara induk perusahaan dan
Negara tuan rumah
18. Aktiva permanent.
Istilah di Brasil
untuk aktiva tetap, gedung, investsai, beban tangguhan, dan depresiasi
terkait serta jumlah deplesi atau amortisasi
19. Indeks Harga.
Suatu rasio biaya
dimana pembilang/numeratornya adalah biaya dari suatu keranjang barang dan jasa
yang representatif dalam tahun berjalan, sedangkan penyebutnya adalah biaya
dari keranjang barang dan jasa yang sama pada tahun dasar
20. Daya Beli.
Kemampuan umum dari suatu unit moneter untuk memeperoleh
barang dan jasa
21. Laba Riil.
Laba bersih yang
telah disesuaikan untuk perubahan harga
22.Biaya penggantian.
Biaya kini untuk
mengganti potensi jasa suatu aktiva dalam keadaan normal usaha
23.Mata uang pelaporan.
Mata uang yang
digunakan suatu perusahaan dalam menyusun laporan keuangan
24. Metode
nyatakan kembali-translasikan.
Digunakan pada saat suatu induk perusahaan
mengkonsolidasikan akun-akun anak perusahaan luar negeri yang berlokasi
disebuah lingkungan berinflasi
25.
Perubahan Harga Khusus.
Perubahan dalam harga untuk komoditas khusus seperti
persediaan atau peralatan
26.
Metode translasikan-nyatakan kembali.
Suatu metode konsolidasi pertama-tama dengan mentranlasikan
akun-akun laporan keuangan anak perusahaan luar negeri kedalam mata uang induk
perusahaan dan kemudian dinyatakan kembali jumlah yang ditanslasikan terhadap
inflasi induk perusahaan.
C. Menentukan perbedaan model akuntansi biaya terkini dan
konvensional.
Secara umum, dalam akuntansi
konvensional, laporan keuangan disajikan berdasarkan nilai historis yang
mengasumsikan bahwa hargaharga (unit moneter) adalah stabil. Akuntansi
konvensional tidak mengakui adanya perubahan tingkat harga umum maupun
perubahan tingkat harga khusus. Sebagai konsekuensinya, jika terjadi perubahan
daya beli seperti pada periode inflasi, maka laporan keuangan historis secara
ekonomis tidaklah relevan. Pada periode ini pendapatan umumnya dinilai lebih
tinggi sedangkan aktiva tetap dinilai lebih rendah. Sebenarnya, terdapat
beberapa metode akuntansi mengenai pengaruh perubahan harga, antara lain
akuntansi harga tetap, akuntansi nilai sekarang, dan akuntansi tingkat harga
umum. Akuntansi tingkat harga umum akan mengadakan restatement komponen-komponen
laporan keuangan ke dalam rupiah pada tingkat daya beli yang sama, namun sama
sekali tidak mengubah prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan dalam akuntansi
berdasarkan nilai historis.Pada prakteknya, kontroversi yang menyangkut
relevansi penggunaan akuntansi tingkat harga umum masih berlanjut hingga saat
ini.
Beberapa argumentasi yang mendukung
maupun menolak penerapan akuntansi tingkat harga umum akan disajikan dalam
artikel ini. Demikian juga hasil dari dua penelitian mengenai pengaruh
penerapan akuntansi tingkat harga umum terhadap laporan keuangan akan
diperbandingkan guna melihat apakah penyesuaian berdasarkan akuntansi tingkat
harga umum memang diperlukan.
D. Menjelaskan perbedaan akuntansi inflasi di AS, Inggris,
dan Brasil.
Di Amerika Serikat,
keuntungan dan kerugian dari item-item moneter ditentukan dengan me restate, ke
dalam dolar konstan, saldo awal dan akhir dari, atau transaksi dalam, semua
aset-aset dan kewajiban moneter (termasuk hutang jangka panjang). Hasilnya
dimaksudkan untuk menyediakan basis yang berguna untuk menilai kinerja perusahaan
dalam mempertahankan daya beli umum dari para investor (FAS No 89, paragraf
65-66). Keuntungan atau kerugian tersebut tidak dimasukkan dalam laba tetapi
diungkapkan dalam item terpisah yang berdiri sendiri. Perlakuan ini menyiratkan
bahwa FASB memandang keuntungan dan kerugian dalam iem-item moneter berbeda
sifatnya dengan laba-laba lain.
Di Inggris,
keuntungan dan kerugian atas item-item moneter dipisahkan menjadi modal kerja
moneter dan geraing adjustment. Kedua jumlah tersebut berkaitan dengan perubahan
tingkat harga berikut diberikan (SSAP NO. 16 paragraf 11-13)/ ketika penjualan
dilakukan secara kredit, perusahaan sebebnarnya mengikat modal kerja (dalam
arti, perusahaan membiayai perubahan-perubahan keuangan dalam replacement cost
dari persediaannya) sampai piutang yang terkait ditagih. Sebaliknya, ketika
persediaan dan perlengkapan lain dibeli secara kredit, perubahan-perubahan
harga spesifik yang berkaitan dengan item-item ini pada dasarnya dibiayai oleh
pemasok selama periode kredit. Sehingga modal kerja dari pembeli bebas untuk
digunakan bagi keperluan lain. Karena fenomena-fenomena ini sama dan dipandang
sebagai perluasan dari penyesuian penjualan biaya berjalan untuk menghasilkan
laba operasi yang telah disesuaikan.
Di Brazil, tidak menyesuaikan
aktiva lancar dan kewajiban lancar secara eksplisit karena jumlah-jumlah ini
diekspresikan dalam nilai berjalan. Penyesuaian yang timbul dari menghitung
nilai bersih aset-aset permanen dan modal yang telah disesuaikan dengan tingkat
harga mewakili keuntungan atau kerugian daya beli umum dalam membiayai modal
kerja dengan hutang atau modal. Penyesuaian aset permanen yang melebihi
penyesuaian modal mencerminkan porsi aset permanen yang dibiayai dengan hutang,
sehingga menghasilkan keuntungan daya beli. Sebaliknya, penyesuaian modal yang
lebih besar daripada penyesuaian aset permanen menunjukkan porsi modal kerja
yang dibiayai oleh modal. Bagi porsi modal ini diakui adanya kerugian daya beli
selama periode inflasi.
E. Memahami pelaporan keuangan dalam perekonomian
hiperinflasi.
ED PSAK 63 Pelaporan Keuangan dalam
Ekonomi Hiperinflasi merupakan adopsi dari IAS 29 Financial Reporting in
Hyperinflationary Economies. IAS 29 ini berkaitan dengan penyajian kembali
laporan keuangan ketika terjadi ekonomi hiperinflasi dalam mata uang pelaporan
entitas. Dalam kondisi semacam ini, laporan keuangan entitas disajikan dalam
unit pengukuran kini pada akhir periode pelaporan. Selain itu, pos-pos terkait
di periode sebelumnya disajikan dalam unit pengukuran kini pada akhir periode
pelaporan, dan laba rugi atau posisi moneter neto diakui dalam laporan laba
rugi dan diungkapkan terpisah.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
63 Pelaporan Keuangan dalam Ekonomi Hiperinflasi terdiri dari paragraf 1 – 40.
Seluruh paragraf tersebut memiliki kekuatan mengatur yang sama. Paragraf yang
dicetak dengan huruf tebal dan miring mengatur prinsip-prinsip utama. PSAK 63
harus dibaca dalam konteks tujuan pengaturan dan Kerangka Dasar Penyusunan dan
Penyajian Laporan Keuangan. PSAK 25 (revisi 2009): Kebijakan Akuntansi,
Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan memberikan dasar memilih dan
menerapkan kebijakan akuntansi ketika tidak ada panduan yang eksplisit.
Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur-unsur yang tidak material.
Pernyataan ini diterapkan untuk laporan keuangan, termasuk
laporan keuangan konsolidasian, dari setiap entitas yang mata uang
fungsionalnya adalah mata uang dari suatu ekonomi yang mengalami hiperinflasi
(selanjutnya disebut ekonomi hiperinflasi. Dalam ekonomi hiperinflasi,
pelaporan hasil operasi dan posisi keuangan dalam mata uang lokal tanpa
penyajian kembali tidak bermanfaat. Uang menjadi kehilangan daya beli
sedemikian rupa sehingga perbandingan jumlah dari transaksi dan kejadian lain
dari waktu ke waktu, bahkan dalam periode akuntansi yang sama, menjadi
menyesatkan.
Pernyataan ini tidak menetapkan pada
tingkat inflasi tertentu dianggap terjadi hiperinflasi. Pertimbangan diperlukan
dalam penentuan kapan penyajian kembali laporan keuangan perlu dilakukan sesuai
dengan pernyataan ini. Karakteristik dari lingkungan ekonomi suatu negara yang
merupakan indikasi bahwa negara tersebut mengalami hiperinflasi antara lain:
1.
Penduduknya lebih
memilih untuk menyimpan kekayaan mereka dalam bentuk aset nonmoneter atau dalam
mata uang asing yang relatif stabil. Jumlah mata uang lokal yang dimiliki
segera diinvestasikan untuk mempertahankan daya beli.
2.
Penduduknya mempertimbangkan jumlah moneter
bukan dalam mata uang lokal tetapi dalam mata uang asing yang relatif stabil.
3.
Harga-harga mungkin
dikuotasikan dalam mata uang asing tersebut;Harga yang berlaku dalam penjualan
dan pembelian secara kredit ditentukan dengan memasukkan faktor ekspektasi
hilangnya daya beli selama periode kredit, bahkan jika periode kreditnya
singkat.
4.
Suku bunga, upah dan
harga dikaitkan dengan indeks harga.
5.
Tingkat inflasi
kumulatif selama tiga tahun mendekati atau melebihi 100%.
Semua entitas yang menyusun laporan
keuangan dalam mata uang ekonomi hiperinflasi yang sama dianjurkan menerapkan
Pernyataan ini dari tanggal yang sama. Namun, Pernyataan ini diterapkan atas
laporan keuangan setiap entitas sejak awal periode pelaporan ketika entitas
mengidentifikasi adanya hiperinflasi di negara yang mata uangnya digunakan oleh
entitas tersebut untuk menyusun laporan keuangan.
F. Mengetahui apakah dolar konstan atau biaya kini lebih
baik untuk mengukur pengaruh inflasi.
Terdapat empat isu akuntansi inflasi
yang cukup mengganggu. Ke empat isu itu adalah:
(1)
apakah dolar konstan
atau biaya kini yang lebih baik mengukur pengaruh inflasi,
(2)
perlakuan akuntansi
terhadap keuntungan dan kerugian inflasi,
(3)
akuntasi inflasi luar
negeri,
(4)
menghindari fenomena
kejatuhan ganda.
·
Keuntungan dan
Kerugian Inflasi :
Perlakuan keuntungan dan kerugian
pos-pos moneter (yaitu kas,piutang,dan utang) tergolong kontroversial.
Keuntungan dan kerugian pos-pos moneter di Amerika Serikat ditentukan dengan
menyajikan ulang dalam dolar konstan,saldo awal dan akhir,serta transakasi
dalam,seluruh aktiva dan kewajiban moneter (termasuk utang jangka panjang).
Angka yang dihasilkan diungkapkan sebagai pos terpisah. Perlakuan ini memandang
keuntungan dan kerugian pos-pos moneter sebagai hal yang berbeda dari jenis
pendapatan yang lain.
Di Inggris keuntungan dan kerugian
pos-pos moneter dipisahkan menjadi modal kerja moneter dan mekanisme
penyesuaian. Kedua angka tersebut ditentukan melalui perubahan harga khusus
(dan bukan umum). Mekanisme penyesuaian mengindikasikan manfaat (atau biaya)
kepada para pemegang saham yang berasal dari pembiayaan utama selama suatu
periode perubahan harga. Angka-angka ini ditambahkan atas (dikurangi dari) laba
operasi biaya kini untuk menghasilkan ukuran kemakmuran yang dapat dihapuskan,
yang disebut sebagai “Laba Biaya Kini Teratribusi Kepada Pemegang Saham”.
Pendekatan di Brasil yang tidak lagi
diwajibkan, tidak menyesuaikan aktiva dan kewajiban kini secara eksplisit,
karena jumlah-jumlah ini dinyatakan dalam hal nilai yang dapat direalisasi.
Namun demikian, penyesuaian dari penyajian bersih aktiva permanen dan ekuitas
pemilik yang disesuaikan dengan tingkat harga menunjukkan keuntungan atau
kerugian daya beli umum atas pendanaan modal kerja yang berasal dari utang atau
kewajiban. Penyesuaian aktiva permanen yang melebihi penyesuaian ekuitas
menunjukan adanya bagian dari aktiva permanen yang didanai oleh utang, sehingga
menimbulkan keuntungan daya beli. Sebaliknya, penyesuaian ekuitas yang lebih
besar dari penyesuaian aktiva permanen menunjukan adanya sebagian modal kerja
yang didanai oleh ekuitas. Kerugian daya beli diakui untuk bagian ini selama
periode inflasi.
SSAP 16 memiliki keunggulan dalam
mengatasi pengaruh inflasi. Sejalan dengan persediaan dan aktiva tetapnya,
suatu perusahaan perlu meningkatkan modal kerja dalam nilai nominal bersih
untuk mempertahankan kemampuan operasinya dengan harga yang semakin meningkat.
Perusahaan juga akan mendapatkan manfaat dari penggunaan utang selama masa
inflasi. Tujuan akuntansi inflasi adalah untuk mengukur kinerja suatu
perusahaan dan memungkinkan setiap orang yang tertarik untuk mengukur jumlah,
waktu, dan kemungkinan arus kas masa depan.
Suatu perusahaan dapat mengukur
penguasaannya terhadap barang dan jasa tertentu dengan menggunakan indeks untuk
mengukur keuntungan dan kerugian moneter. Karena tidak seluruh perusahaan dapat
menyusun indeks harga beli yang khusus untuk perusahaan itu,pendekatan di
Inggris merupakan alternatif praktis yang baik. Ketimbang mengungkapkan
mekanisme penyesuaian (atau sejenisnya),kami lebih suka untuk memperlakukannya
sebagai pengurangan dari penyesuaian biaya kini untuk depresiasi, harga pokok
penjualan dan modal kerja moneter. Pembebanan biaya kini dari penyajian ulang laba
biaya historis selama masa inflasi akan terhapuskan dengan pengurangan beban
jasa utang yang digunakan untuk mendanai pos-pos operasi tersebut.
·
Keuntungan dan
Kerugian Kepemilikan :
Akuntansi untuk biaya kini membagi
total laba menjadi 2 bagian :
(1) Laba
operasi (perbedaan antara pendapatan kini dan biaya kini sumber daya yang
dikonsumsi).
(2) Keuntungan
yang belum direalisasi yang timbul dari kepemilikan aktiva non moneter dengan
nilai pengganti yang meningkat bersamaan dengan inflasi. Meskipun pengukuran
keuntungan kepemilikan dilakukan secara langsung, perlakuan akuntansinya
tidaklah demikian.
G. Definisi penurunan ganda (double dip) dan
menjelaskan cara penangannya.
Kehati-hatian harus dijaga untuk
mencegah fenomena “double-dip”. Masalah ini timbul dari fakta bahwa inflasi
lokal memberi dampak langsung pada kurs yang digunakan dalam proses translasi.
Walaupun ahli ekonomi umumnya mengasumsikan suatu hubungan terbalik antara laju
inflasi internal suatu negara dengan nilai eksternal valutanya., bukti-bukti
memperlihatkan bahwa hubungan seperti ini jarang terjadi, paling tidak dalam
jangka pendek. Oleh karenanya, besarnya penyesuaian yang dilakukan untuk
menghilangkan fenomena perhitungan-ganda akan bervariasi tergantung pada kadar
korelasi negatif antara kurs dengan perbedan inflasi.
Penyesuaian inflasi terhadap harga
pokok penjualan dan beban depresiasi dirancang untuk menentukan laba, seperti
dilaporkan agar tidak terjadi overstatement laba. Meskipun begitu akibat
hubungan negatif antara inflasi lokal dan nilai valuta, perubahan kurs antara
laporan keuangan saru dengan laporan keuangan yang lain yang berurutan , yang
umumnya diakibatkan oleh inflasi (paling tidak selama satu periode tertentu),
akan menyebabkan perusahaan merefleksikan paling tidak sebagian dampak inflasi
(yaitu, penyesuaian-penyesuaian ganda, kerugian translasi yang telah tercermin
dalam laba seperti dilaporkan sebuah perusahaan harus diperhitungkan sebagai
bagian dari penyesuaian inflasi.
Penyesuaian di atas relevan untuk
perusahaan-perusahaan multinasional yang berbasis di AS, yang telah mengadopsi
dolar sebagai valuta fungsional operasi luar negeri berdasarkan FAS No. 52 dan
yang mentranslasikan persediaan dengan menggunakan kurs berjalan. Penyesuaian
tersebut sangat berhubungan erat dengan perusahaan-perusahaan multinasional
Eropa, jika kita melihat metode-metode translasi valuta yang dewasa ini mereka
paki. Dalam sebuah survey mengenai praktik-praktik translasi valuta asing di
Denmark, Jerman, Belanda, Swedia, Swiss, dan Inggris, perusahaan-perusahaan
disana mendemonstrasikan kecendrungan ke arah penggunaan metode translasi kurs
berjalan. Walaupun banyak perusahaan melaporkan keuntungan dan kerugian
translasi valuta dalam cadangan neraca, sejumlah besar perushaan, terutama di
Jerman, Belanda, dan Swedia mencerminkan keuntungan dan kerugian semacam itu
langsung di dalam laba berjalan. Tanpa adanya penyesuaian untuk menghindari
perhitungan ganda yang telah di singgung sebelumnya., perusahaan-perusahaan
semcam itu bisa berakhir dengan laba yang terlalu rendah atau terlalu tinggi,
karena inflasi luar negeri dihitung dua kali.
Sumber :